Senin, 06 Juni 2016

Novel Asma Nadia - Diary Do'a Aisyah

Assalamu'alaikum, Diary

Senang deh menemukanku di selipan rak buku tadi pagi. Warna birumu yang sejernih langit pagi di hari cerah bikin aku nggak mikir panjang untuk membawamu ke kasir. Padahal uang mingguan dari Mama sudah nipis.
      Untung saja ketemu sama Naomi. Hm, nanti kapan-kapan aku ceritain ya tentang gadis berkulit gelap yang jatuh cinta setengah mati sama Bang Harap. Seandainya dia Naomi Campbell atau Naomi Watts, mungkin urusannya lain, hehehe. Pasti Bang Harap terasa ketimpa bulan eh. Tapi ini, hm let's say gadis ini jauh dari kriteria Bang Harap. 
     Singkatnya, Naomi yang biasa dipanggil Encun, berdiri tepat di depanku dalam antrian pendek ke kasir. Terus tanpa ba bi bu lagi langsung aja mengambilmu ketika tiba gilran membayar. Sebenarnya aku udah berusaha nolak, sambil dalam hati ngarep... hehehe. Tpai Naomi bersikeras. Jadi apa yang bisa kulakukan kecuali...ngucapin ALHAMDULILLAH? :)
Begitulah ceritanya hingga kamu tiba di salah satu ruangan di rumah Jalan Kemuning ini.


The Moments : Saat Sedih & Berduka
Assalamu'alaikum, Dy.
Siapa yang tidak pernah sedih ? Pasti semua orang pernah mengalami kesedihan. Dan pagi ini, lepas shalat dhuha di mushalla, Puput, Linda, Elisa, Icha dan Retno untuk pertama kali membicarakan pengalaman paling menyedihkan yang masing-masing prnah rasakan.
    Elisa yang pertama bercerita.
    "Pengalama sedih ada beberapa, tetapi yang paling memukulku sewaktu Papa dan Mama benar-benar bercerai. Rasanya aku hilang pegangan, bawaannya mau nangis terus."
    Kami semua menatap wajah cantik Elisa yang sekilas digayuti mendung saat menceritakan pengalaman sedihnya itu, Dy.
    "Belakangan aku mencoba meyakini. Itu keputusan pahit, takdir yang tidak diinginkan, tetapi mungkin itulah yang terbaik buat semua. Toh sudah bertahun-tahun mereka tinggal satu atap tanpa saling bicara. Sekalinya bicara nadanya tinggi semua. Aku coba prasangka baik sama Allah."
      Kami mengangguk-angguk mendengar cerita elisa. Lalu Linda, eh... masih ingat Linda, kan? Yang badannya sehat dan wajahnya selalu ceria, terutama ketika ada dalam radius dekat ke kantin, hehehe.
     Nah, pengalaman Linda lain lagi.
     "Kalau gue, kejadian yang paling bikin sedih waktu gue masuk sekolah dasar. Pulang sekolah dapat kabar, abang gue yang masih SMP dalarikan ke rumah sakit karena ditusuk di halte tempat dia menunggu jemputan."
   Dy.
   Waktu mendengar itu, Puput dan teman-teman lain langsung menahan napas. Kami telah enjadi teman baik sejak lama. Kok bisa nggak tahu ya ternyata Linda punya peristiwa yang dikenangnya ?
   Saking terharunya, nggak ada yang menyelak kalimat Linda. Nggak juga Icha yang biasanya senang meledek dan menggoda temannya yang bertubuh besar itu. Semua diam sampai Linda akhirnya melanjutkan.
   "Yang lebih sedih..." Linda mengusap air matanya yang menitik, "Ketiak sekeluarga di rumah sakit... abang sudah tidak ada."
   Inna-lillahi... Kehilangan anggota keluarga yang dicintai. Betapa beratnya.
   "Kamis sekeluarga tentu terpukul, terutama Mama. Waktu itu guru mengajiku lalu mengajarkan sebuah doa, agar ikhlas menerima musibah ini."
   Dy, ini doa orang yang tertimpa musibah, yang diajarkan Linda, 
 "Innaa lillahi wa innaa ilaiihi raajiuuna. Allahumma ujurnii fii mushiibatii wa akhlif lii khoiroon  minha , yang artinya : sesengguhnya kami milim Allah dan kepada-Nya kami akan kembali ( du hari kiamat). Ya Allah! Berilah pahala kepadaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik (dari musibahku)"
   Kisah Retno lain lagi.
   "Aku ingat pertama merantau ke Jakarta, aku masih kecil sekali waktu itu, aku ingat Mamak harus berhutang ke kiri dan ke kanan agar kami bisa sekolah. Suatu waktu orang tempat Mamak berhutang mabuk dan mengamuk di depan rumah. Sambil memaki-maki. Malu sekali... sekampung jadi tahu soal hutang dan kemiskinan kami."
   Retno yang gagah dan perksa itu ternyata menyimpan hal lain yang melukai hatinya ya, Dy.
   "Perlu waktu lama bagiku untuk merasa situasi kembali normal, dan kami bisa mengangkat wajah tegak ketika keluar rumah."
   Pas giliran Puput cerita, Puput jadi mikir, apa ya yang paling membuat sedih selama in?
   "Besra tanpa Papa, karena beliau meninggal di waktu Puput masih kecil. Sedih sekali rasanya setiap meliaht anak-anak lain di sekolah digandeng papanya. Senentara Puput harus puas digandeng Bang Vince, Hamka, Hrap atau Iid, meski suatu hari Bang Harap paki kumis palsu biar terlihat sebagai bapak beneran, hehehe. Hanya supaya Puput tidakk sedih..."
   Sampai di bagian itu, teman-teman langsung ketawa, Dy. Mungkin mereka membayangkan penampilan Bnag Harap yang memang suka dunia seni peran itu, ya ?
   Beberapa saat kemudian suasana tawa berubah hening. Mata kami semua kompak terarah kepada Icha.
   "Kamu pernah sedih, Cha ?"
   Icha mengangguk.
   "Pastinya!"
   "Cerita dong..." pinta kami bersahut-sautan.
   Icha mengangguk. Tetapi kembali terdiam. Wajahnya seolah mengingat-ingat denagn serius, membuat kami makin penasaran.
   "Hmmm..." gadis berkulit putih yang senang dandan modis itu berdehem panjang sebelum memulai kalimat-kalimatnya,"Aku sedih banget waktu cowok online yang aku taksir, pas ketemu ternyata dia tak lain tak bukan adalah Ekky Kribo dengan janggut selembarnya itu. Langsung ilfill rasanya."
   Pupt, Elisa, Rno dan Linda kontan bertukar senyum.
   "Ada lagi," lanju Icha bersemangat.
   Ahh, mungkin Icha menyimpan kisah yang lebih sedih, lebih tragis, lebih melukai lubuk hatinya yang palin dalam, dan oerlu waktu untuk mereka ulang peristiwa itu dalam ingatan...
   Icha menatap kami semua hati-hati. Serius sekali wajahnya, sebelum berkata...
   "Kesedihan yang lain waktu bedak andalanku, yang bikin kulit putih dan tanpa jerawat, dijatuhkan keponakanku hingga tinggal serpih-serpih kecil. Seolah-olah hatiku ikut meluncur ke bawah saat itu."
   Ichaaa...!!!
   Sedih gara-gara bedak?
   Tapi bukan Icha kalau nggak cepat menenangkan temannya.
   "Sedih itu kan relatif, teman-teman..."
Kami mengangguk. Benar juga si Icha.
   Lalu tiba-tiba Puput melemparkan pertanyaan itu.

   "Ada yang tau nggak sih doa pas lagi sedih mendalam gitu?"
    Semua coba mengingat-ingat. Tapi Linda yang pertma menjawab.
   "Kalau aku banyak baca doa ini Put."
   
"Allahumma innii 'abdukabnu 'abdikabnu amatika, naa shiyatii biyadika maa dhin fiyya hukmuka 'adlun fiyya qodhoouka, as aluka bikullis min huwa laka sammayta bihi nafsaka, aw anzaltahu fii kitaabika, aw 'allamtahu ahadaan min kholqika, awista- tsarta bihii fii 'ilmil ghoibi 'indaka, an taj'ala qur'ana robii a qolbii wa nururo shodrii, wajalaa-a huznii wadzahaaba hammii , artinya : Ya Allah, aku hambaMu, anak hambaMu, anak hamba perempuanMu, ubun-ubunku ada di tanganMu, hukum-hukumMu berlaku atas pundakku, dan penetapanMu adil terhadapku. Aku memohon atas segala nama yang telah Engkau sebutkan dengan diriMu, atau yang telah Engkau tutunkan dalam kitabMu, atau yang telah Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu, atau Engkau rahasiakan dalam ilmu gaib di sisMu agar menjadikan Al-Qur'an sebagai pelipur hatiku, sebagai cahaya penerang dadku, sebagai pelepas kesusahanku, dan sebagai penawar kesedihanku."

Sumber : Novel PDF karya Asma Nadia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar